Selasa, 18 Juni 2013




PRE PLANNING PENYULUHAN GIZI PADA BALITA
DI DESA TAWANG MAS

1.      Latar Belakang
Gizi pada balita sangat menentukan pada masa-masa perkembangan. Gizi pada balita pada lima tahun pertama dalam kehidupan anak adalah periode pertumbuhan yang sangat penting dan akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Proses Pertumbuhan dan perkembangan pada balita sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang diperoleh. Asupan gizi pada balita yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak maka akan dapat mendukung untuk meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak, untuk itu perlu diberikan nutrisi yang tepat.

2.      Tujuan
a.       Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, ibu-ibu mampu mengetahui tentang gizi pada balita.
b.      Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, ibu-ibu di Desa Tawang Mas RW 03 mengerti tentang :
a)      Pengertian gizi
b)      Peran makanan bagi balita
c)      Kebutuhan gizi balita
d)     Akibat gizi yang tidak seimbang
e)      Menu makanan balita
f)       Makanan selingan balita
3.      Karakteristik Sasaran
Ibu-ibu di Desa Tawang Mas RW 03


4.      Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal   : senin, 17 juni 2013
Jam                  : 16.30 – 16.50
Waktu             : 20 menit
Tempat            : Rumah kepala Dusun Tawang Mas
5.      Metode
a.       Ceramah
b.      Diskusi
6.      Media
a.       Brosur
b.      Leaflet
7.      Materi Pendidikan Kesehatan
Pengertian dan Definisi Gizi 
Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita yang berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan seimbang.
Peran Makanan bagi Balita
A.  Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.

1) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.

2) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.

3) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
·         Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K ).
·         Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
·         Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).

a.Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

b.Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

c.Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
A. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
·         Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
·         Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
·         Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
·         Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting, yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.
1)Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

2)Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan (wasting). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut (mendadak), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.

3)Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.


B. Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut :
·         Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
·         Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
·         Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
·         Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.
·         Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
Menu Makanan Balita
Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari.

Waktu-waktu yang disarankan adalah :
Pagi hari waktu sarapan.
Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
Pukul 16.00 sebagai selingan
Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
Pukul 06.00 : Susu
Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
Pukul 14.00 : Susu
Pukul 16.00 : Makanan selingan
Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
Pukul 20.00 : Susu.

Makanan Selingan Balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.

Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.

Fungsi makanan selingan adalah :
·         Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
·         Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
·         Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.

8.      Evaluasi
a.       Jenis : kesiapan
·         Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
·         Tempat dan alat tersedia sesuai dengan acara
·         Peran dan tugas mahasiswa sesuai rencana
b.      Bentuk : proses
·         Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
·         Peserta berperan aktif dalam pertemuan

c.       Soal : pertanyaan
80% ibu-ibu di Desa Tawang Mas RW 03 dapat menjawab pertanyaan yang diajukan

9.      Sumber Pustaka
·         proverawati,atikah.2010.Ilmu gizi untuk keperawatan dan gizi kesehatan.Yogyakarta:Nuha medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar